PANGANDARAN JAWA BARAT - Pilkada Pangandaran 2024 menjadi ajang persaingan ketat dengan terbentuknya Koalisi Pangandaran Maju yang melibatkan PKB, PKS, Gerindra, Golkar, dan PAN.
Di tengah koalisi yang masih rapuh ini, Ujang Endin Indrawan sebagai Wakil Bupati petahana, muncul sebagai calon yang memiliki peluang kuat untuk memenangkan kontestasi. Sementara, PDIP dengan kekuatan signifikan di DPRD Pangandaran menghadapi tantangan dalam memilih calon yang mampu menyaingi popularitas Ujang Endin.
*"Koalisi Pangandaran Maju: Peluang dan Tantangan"*
Koalisi Pangandaran Maju terdiri dari PKB (5 kursi), PKS (3 kursi), Gerindra (5 kursi), Golkar (5 kursi), dan PAN (4 kursi). Jumlah 22 kursi, sedangkan PDIP 16 kursi.
Masing-masing partai memiliki calon potensial, seperti Dadang Solihat dari PKB, Ade Ruminah dari Golkar, Triadi dari PAN dan PKS, serta Ujang Endin dari Gerindra. Popularitas Ujang Endin, yang juga mendaftar ke semua partai koalisi, menjadikannya calon yang berpeluang besar untuk disepakati sebagai calon bupati.
Meskipun demikian, koalisi ini masih rapuh dan belum menunjukkan kesatuan visi serta gagasan yang signifikan, yang mana potensi perpecahan dan pembelotan bisa menjadi tantangan besar yang harus diatasi. Keberhasilan koalisi dalam menjaga kesolidan dan mengusung Ujang Endin sebagai calon utama akan sangat menentukan peluang mereka dalam Pilkada ini.
*"PDIP: Tantangan Internal dan Eksternal"*
PDIP, dengan 16 kursi di DPRD Pangandaran, memiliki kekuatan signifikan dalam menentukan arah politik daerah. Namun, partai ini menghadapi tantangan internal yang kompleks...ya karena keputusan untuk tidak mengusung Ujang Endin sebagai calon bupati disebabkan oleh perpecahan antara Ujang Endin dan Bupati Jeje Wiradinata, yang juga sebagai Ketua DPC PDIP Pangandaran.
Kondisi ini membuka peluang bagi Ujang Endin untuk mendapatkan dukungan dari kelompok masyarakat yang selama ini beroposisi dengan Bupati Jeje Wiradinata.
Baca juga:
Tony Rosyid: Pilpres 2024 Super Damai
|
PDIP masih menggodok empat nama kadernya untuk calon bupati, yaitu Asep Noordin, Iwan M. Ridwan, Citra Pitriyami, Joane Irwan Suarsa, serta hanya menyisakan satu nama yaitu H. Ino Darsono untuk posisi calon wakil bupati.
Nama Iwan M. Ridwan, salah satu kader militan PDIP, layak dipertimbangkan sebagai calon potensial karena kemampuannya menjalin komunikasi baik dengan berbagai kalangan di luar PDIP. Dalam situasi ini, PDIP harus memilih calon yang tidak hanya kuat di internal partai tetapi juga mampu menyaingi popularitas Ujang Endin dan diterima oleh masyarakat luas.
*"Manuver Politik PPP dan Barisan Kekecewaan"*
PPP dengan 2 kursi tampaknya luput dari pengamatan dalam manuver politik saat ini, namun partai ini bisa menjadi kunci dalam menentukan arah dukungan. Manuver politik PPP dibawah komando Wowo Kustiwa bisa saja memberikan kejutan jika mereka memutuskan untuk bergabung dengan koalisi atau merintis aliansi baru.
Di sisi lain, pencoretan nama Dadang Solihat oleh PDIP berpotensi menciptakan barisan kekecewaan yang bisa mengerucut pada perlawanan terhadap Bupati Jeje Wiradinata. Barisan ini bisa beralih dukungan kepada Ujang Endin dan membangun sinergisitas perlawanan.
Peluang Ujang Endin untuk memenangkan Pilkada Pangandaran 2024 semakin kuat di tengah dinamika Koalisi Pangandaran Maju dan tantangan yang dihadapi PDIP.
Popularitas dan pengalaman Ujang Endin sebagai Wakil Bupati petahana memberikan keuntungan strategis. Namun, soliditas koalisi dan kemampuan mengatasi perbedaan internal menjadi kunci keberhasilan.
Dalam kondisi seperti ini, PDIP harus segera menentukan calon yang mampu menyaingi popularitas Ujang Endin dan diterima oleh masyarakat luas.
Manuver politik Wowo Kustiwa dengan PPP dan barisan kekecewaan akibat pencoretan nama Dadang Solihat menambah kompleksitas konstelasi politik ini, dimana Pilkada Pangandaran 2024 menjanjikan persaingan sengit yang penuh dengan strategi dan dinamika politik lokal yang menarik.
Mari kita nantikan drama berikutnya...!
Oleh: Tedi Yusnanda N
*Cibenda sunset, 24 Mei 2024.